Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011:Lembah Harau

Jembatan menuju penginapan
Pada saat merencanakan perjalanan ke Sumatra Barat, hasil browsing menemukan Pulau Cubadak dan Penginapan Echo Valley. Penginapan terakhir ini terletak di Lembah Harau, kabupaten Lima puluh Koto,  dekat kota Payakumbuh. Diskusi dengan murid-murid asal Padang yang memberikan informasi cukup baik tentang Echo Valley membuat kami memutuskan untuk menginap  disini. Sengaja tidak di Bukit Tinggi karena menurut beberapa informasi Bukit Tinggi biasanya sangat padat pada saat akhir tahun.

Hari menjelang sore ketika kami memasuki kawasan Lembah Harau. Matahari yang mulai terbenam  tidak menghilangkan pesona Lembah Harau. Tempat kami menginap berada di tepi bentangan Lembah, dengan pemandangan yang luar biasa. Mobil harus diparkir di pinggir jalan, lalu kami berjalan menyeberang sungai dan melewati sawah sebelum sedikit menanjak dan mendaki menuju tanah datar tempat  vila-vila. 

Berfoto bersama di depan penginapan
Kami mendapat tempat di bagian atas Rumah Gadang II yang terbuat dari kayu. Dari luar penginapan ini terlihat cukup artistik. Lantainya dari kayu kelapa,  sementara dindingnya berupa kayu yang ditutup dengan tikar bermotif  dan atap rumbia. Meja dan kursi terbuat dari kayu yang terkesan sangat rustik (asli..saya pengen banget punya ini buat di rumah). Kamar mandi terletak di luar, dengan shower beratapkan langit. Sayangnya, seperti juga kelemahan penginapan kelas melati pada umumnya, perawatannya lemah. Sarang labi-laba menghiasi langit-langit, kamar mandi kurang terawat, dan jendela yang tidak bisa dikunci . Ternyata pada saat hujan di malam hari, atap di atas meja serta kamar tidur anak-anak bocor sehingga anak-anak terpaksa pindah posisi tidur. Kelemahan lain dari penginapan ini adalah hilangnya kesenyapan di pagi hari. Lagi santai makan pagi di cafe menikmati pemandangan serta suara burung dan melihat monyet tiba-tiba staf penginapan memasang lagu Ayu Ting Ting!
 


Pemandangan di Lembah Harau

Untungnya kelemahan-kelemahan ini masih bisa ditoleransi dengan keindahan Lembah Harau yang berupa ngarai dalam yang diapit dengan dua bukit cadas granit berketinggian konon 80 sampai 300 m. Ini kata berbagai website, berhubung daku tak mengukur sendiri. Pada bagian yang datar, terbentang hamparan sawah dan hutan. Di atas sendiri terdapat cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau seluas 270,5 hektar yang ditetapkan sejak tahun 1993. Bila berminat untuk naik dan melihat cagar alam, bisa meminta bantuan pemandu lokal untuk mendaki.   Berhubung kali ini kami rada malas, kami berjalan-jalan saja di sekitar lembah. Berhubung rada gatel lihat sawah dan sungai, satu malam saya dan Adinda dengan semangat baja berjalan diantara sawah untuk mencari katak. Lumayan, dapat Limnonectes macrodon!

Penyewaan ban menunggu hadirnya pelancong
Salah satu air terjun di lembah Harau
Lembah Harau memiliki banyak air terjun yang terletak di pinggir jalan. Enak sekali cari air terjun di Sumatera Barat ini, bentuk topografi yang terjal membuat air terjun berlimpah bahkan di pinggir jalan. Tidak perlu masuk ke hutan seperti kebanyakan air terjun di Jawa. Pada saat akhir tahun seperti ini, banyak sekali turis lokal yang datang. Di kaki air terjun yang terbentuk kolam-kolam, orang bisa berenang sambil menyewa ban berenang. Jangan takut kelaparan karena banyak warung di sekitar air terjun. Sayangnya, kalau tidak hati-hati kawasan wisata ini bisa rusak karena pembuatan warung yang tak terkendali dan sampah yang berserakan.
Tebing curam pada Lembah harau ini dipastikan sangat menantang bagi pemanjat tebing. Perjalanan ini sebenarnya napak tilas suamiku yang 30 tahun yang lalu pernah memanjat Lembah Harau. Selain menunjukkan jalur yang dulu dibuat, tampaknya masih ada semangat tuh untuk memanjat ulang…hmmm…aku jadi pemandu sorak aja deh kalau memang jadi.

Mencoba membuat gema di titik gema
Untuk masuk ke kawasan Lembah Harau, ada gapura yang dijaga oleh masyarakat lokal dimana kita harus membayar (semacam pajak nagari). Berhubung kami menginap di dalam lembah, kami dibebaskan dari membayar. Tadinya ada rencana melewatkan tahun baru disana, tapi diurungkan karena takut besoknya ketinggalan pesawat. Ada untungnya juga kami pergi sebelum tahun baru karena pada saat kami pergi serombangan tamu datang dan lagu dangdut dengan keras membahana sekitar penginapan.  Katanya pada malam tahun baru manajemen penginapan akan menyewa organ tunggal beserta penyanyi. Kebetulan tempat kami menginap ini dekat sekali dengan lokasi gema, jadi bayangkan saja deh kerasnya lagu yang memantul ke kedua bukit ini. Niatnya menyepi malah ramai…tolong…!

Comments

Popular posts from this blog

CINTAKU DI KAMPUS BIRU

Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011: Istana Pagaruyung

PULANG: Untuk para anak di rantau