Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011: Bukit Tinggi
Surga Belanja: Bandungnya Sumatera Barat?
Jembatan Limpapeh |
Kunjungan kami ke Bukit Tinggi sebenarnya singkat. Buku-buku wisata maupun website selalu menjadikan Bukit Tinggi sebagai pusat wisata Sumatera Barat. Informasi dari masyarakat lokal juga menyebutkan Bukit Tinggi bahwa pada akhir pekan dan musim libur terlalu padat dengan wisatawan. Oleh karena itu, sengaja kami tidak terlalu berlama-lama di Bukit Tinggi. Walaupun begitu, sayang juga karena belum sempat menjajal Jembatan Limpapeh, sebuah jembatan di atas jalan Ahmad Yani, yang menghubungkan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi dengan benteng Fort de Kock. Memang benar, begitu tiba disana banyak sekali mobil luar kota berseliweran terutama dengan pelat nomor BM.
Melepas lelah |
Pusat keramaian di kota ini tampaknya taman kota tempat Jam Gadang berada, yang bisa dibilang landmark dari kota ini. Biasanya sebagai tanda sudah datang ke kota Bukit Tinggi, orang-orang berfoto di depan Jam Gadang. Ada yang khas dari Jam Gadang ini, angka penunjuk jam 4 dalam Romawi tidak tertulis IV melainkan IIII.
Jam Gadang |
Memasuki wilayah Taman Jam Gadang mobil merayap perlahan. Padat dan semrawut taman kecil ini. Kami memarkir mobil di lahan parkir Toko Ramayana dan berjalan menyeberang ke taman Jam Gadang. Di dalam Taman berbagai orang berkumpul, berfoto dan bersenda gurau. Beberapa orang menggunakan kostum tokoh anak-anak dari TV seperti Upin dan Ipin, Little Krisna, SpongeBob dan lainnya. Pengunjung yang mau berfoto bersama tentunya harus memberi uang. Kasihan juga melihat orang-orang berkostum ini. Pasalnya ketika kami di Bukit Tinggi,walaupun konon seharusnya Bukit Tinggi relatif sejuk, namun siang itu sangat panas. Beberapa tokoh kartun terlihat duduk melepas lelah sambil melepaskan topengnya. Selain itu, beberapa anak kecil juga iseng memukul-mukul tokoh kartun ini.
Kain bersulam siap jahit |
Aneka sulaman |
Dari Jam Gadang, rasanya tidak afdol kalau tidak ke Pasar Atas yang terkenal dengan berbagai kerajinan tangan terutama sulaman, maupun cross stich dan rajutan. Kebanyakan yang dijual adalah mukena dengan bordir tapi saya lebih tertarik untuk mencari selendang dengan sulaman. Tak kuasa menahan minat, uangpun melayang untuk sebuah selendang hitam penuh dengan bordiran bunga. Konon orang Malaysia paling hobby belanja disini. Pokoknya bisa “kalap” belanja. Ingat lho, seperti juga di pasar manapun di Indonesia, jangan lupa menawar.
Ngarai Sianok dan Gua Jepang
Ngarai Sianok dilihat dari Taman Panorama |
Sekitar 1 km dari Taman Jam Gadang terdapat Taman Panorama dimana orang bisa melihat pemandangan Ngarai Sianok dan masuk ke dalam Gua Jepang. Setiap pengunjung diaptok membayar masuk ke Taman yang kecil ini seharaga Rp 3000/orang. Sulit untuk melukiskan megahnya lembah terjal Ngarai Sianok ini. Konon lebarnya 200 meter dengan kedalaman jurang sampai 100 meter. Di bibir taman panorama ini dikelilingi pagar pengaman, diluarnya terdapat berbagai jenis pohon yang menjadi tempat tinggal monyet ekor panjang. Monyet-monyet ini sering bertengger dipagar menunggu pengunjung member makanan. Hewan ini juga menjadi obyek foto para pengunjung. Tampaknya, perlu dibatasi pemberian makanan oleh pengunjung kepada para monyet ini, karena bisa tidak terkendali dan mengubah perilaku monyet liar.
Gua Jepang |
Lukisan pemandangan di pinggir taman panorama Bukit Tinggi |
Lubang Jepang yang terdapat di dalam Taman panorama merupakan peninggalan saat Perang Dunia ke II. Untuk memasuki pintu masuk dari Taman Panorama, pengunjung dikenakan lagi biaya sebesar Rp 5000/orang. Pada lobang ini, tentara Jepang membuat beberapa ruangan yang digunakan sebagai ruang amunisi, ruang rapat, ruang tahanan, ruang tidur,dan ruang bagi pekerja romusha. Lubang yang ada sekarang sudah tidak terlalu asli karena telah mengalami renovasi berupa pengerasan dinding oleh pemerintah daerah.
Comments