PULANG: Untuk para anak di rantau
Suatu senja yang ramah
Anak-anak berkumpul membicarakan masa
depan mereka
Si sulung berkata
Aku akan menjelajahi dunia, membuat
masakan terlezat di belahan bumi selatan
Tempat dimana tahun baru dirayakan di
musim panas
Kembang api indah memancar dari sela
jembatan anggun
Memuncak keindahan gedung pertunjukkan
berbentuk tumpukan kerang
Si kecil berkata
Aku akan menuju kota di belahan bumi
utara
Dikenal dengan nama apel besar
Tempat sekolah musik ternama berada
Kota yang tidak pernah tidur
Sang bunda terdiam
Hati berat dirasa namun sadar diri
Merantau adalah panggilan jiwa
Diturunkan dari garis keluarga yang
berserakan di seluruh bumi
Baginya perjalanan adalah merayakan
kehidupan
Bukankah bunda telah menjejakkan kaki di
berbagai belahan dunia
Tergagap-gagap mencari jalan di Beijing,
Tokyo dan Seoul
Menikmati Hyde Park di musim panas
Melintasi tiga benua untuk mencapai
Pantai Choroni
Merasakan belaian angin disepanjang
jalur pinggir laut Monterey yang indah
Menggigil kedinginan di Wina, Gland dan
Lyon
Bergidik dalam kengerian yang membisu di
Tuol Sleng
Menapak kota modern Hong Kong dan
Singapura
Tak terhitung lagi berbagai nama di negeri
sendiri
Pergilah nak, kata bunda
Hanya satu permintaan bunda
Jangan lupa untuk pulang
Si sulung dan si kecil bersahutan
Tentu kami akan pulang
Mengunjungi keluarga dan teman-teman
Tak akan lupa kami untuk pulang
Berat hati bunda mulai terangkat
Pulanglah nak…katanya lagi
Pulanglah seperti bunda bepergian
Tidak akan bunda berputar-putar dahulu
di jalan
Tidak akan bunda berlama-lama melewati
waktu yang dijanjikan
Kecuali takdir menentukan lain
Bunda tahu kalian menunggu di rumah
Walau capai rasanya badan
Bunda tak sabar melihat kalian
Satu saat bisa saja kalian senang
Namun bisa jadi kalian sedang bersungut
Rusuh hati di sekolah terbawa ke rumah
Rasanya kecewa mau langsung diceritakan
Cukup Bunda mendengarkan – hatipun tenang
Pulanglah nak
Nanti bunda akan seperti kalian kecil
dulu
Menunggu-nunggu kapan datang
Kadang lelah menunggu
Bundapun disambut omelan karena telat
Bunda akan menanti dengan harap
Semoga begitu kaki menjejak bandara,
langkah dilanjutkan ke rumah
Bukan ke rumah makan tempat teman-teman
berkumpul
Atau melanjutkan perjalanan
Ke rumah kedua, di pulau lain
Lalu baru teringat menelfon
Mengatakan terlalu sibuk di tanah air sehingga
tidak bisa pulang
Pulanglah kau nak, ke rumah tempat bunda
berada
Pulang untuk mendengarkan bunda
bercerita
Hal-hal remeh temeh
Mulai dari kecoa yang mengganggu di WC
Sampai satpam yang berpacaran di
kompleks
Tidak perlu kamu komentar banyak
Cukup mengangguk dan tidak bermain
telfon saat bunda bercerita
Pulanglah Nak, untuk bunda
Berikan waktu untuk bunda mengingat kamu
kecil
Janganlah bunda nanti mendengar dari
saudara jauh
“Anakmu pulang ya..tak sengaja bersua di
bandara”
Dengan bibir yang tersenyum bunda akan katakan
ya
Namun dalam diam, hati bunda akan jatuh
berkeping
ANAKKU TIDAK PULANG
Aku akan selalu berdoa bagi
keselamatannya
Semoga dia menikmati liburan di tanah
kelahirannya
Comments
i do love merantau !!
"perjalanan adalah perayaan kehidupan"
Gak pernah terpikir sebelumnya kalau orang tua rindu anak-anaknya pulang.. :-)
puisi yang indah bu, mulai sekarang saya akan sering-sering menelepon rumah~ :)
Senang jika ternyata itu saja sudah bisa membuat hati seorang ibu bahagia... ^_^
Hidup merantau dan menjelajah!!! *toss*
Tulisan yang bagus Ibu, "menyentil" anak anak yang jarang pulang ke rumah dengan berbagai macam alasan hehe..
Salam,