Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011: Paradiso Village Cubadak Resort

Bandara Soekarno Hatta yang padat
Pantai indah. Bukit dengan kelokan jalan yang tajam. Air terjun. Anak-anak perempuan mengenakan seragam sekolah berjilbab. Sanjai! Inilah kesan pertama menginjakkan kaki ke Sumatera Barat. Hilang rasanya penat ketika pagi hari berdesak-desakan di bandara Soekarno Hatta. 

Hari itu, tanggal 24 Desember 2011, sehari menjelang Natal, pertama kali merasakan suasana bandara yang seperti terminal bis. Rasanya, susah untuk bergerak. Para penumpang beringsut maju mendekati counter Batavia. Sekitar 1 jam dari antri pertama barulah kami berhasil mencapai counter check-in. Pesawat kami seharusnya berangkat pukul 9.05, namun terlambat 1 jam – hal yang menurut beberapa orang masih lumayan karena Batavia terkenal terlambat!

Penerbangan ke Padang berlangsung lancar selama 1 jam 25 menit. Setibanya disana kami masih harus menunggu bagasi selama hampir 30 menit. Bagasi kami termasuk yang paling akhir keluar, itupun ada masalah pada koper Adinda yang kondisinya ristleting separuh terbuka paksa. Untungnya kami memang tidak pernah menaruh benda penting di dalam koper, jadi tidak ada barang yang hilang.

Paradiso Village Cubadak

Begitu keluar dari Bandara, supir penjemput dari Cubadak Island sudah datang. Kami berhenti sebentar di tepi kota Padang karena supir harus mengambil makanan untuk dibawa ke Cubadak, kesempatan baik untuk kami membeli beberapa keripik, termasuk keripik singkong balado yang terkenal itu alias sanjai.  Selanjutnya kami  langsung  meluncur  menuju pelabuhan nelayan Carocok  tempat speedboat akan menjemput. Perjalanan pertama melewati jalur pesisir selatan ini membuka mata saya betapa indahnya Sumatera barat dengan pantai dan bukit saling berhadapan. Jalan berkelok-kelok dari Teluk Bayur semakin membuat kagum.  Sekitar jam 1, kami sudah tiba di pelabuhan dan Nanni, salah satu pemilik Resort telah menunggu.  Perjalanan dengan speedboat tidak sampai 20 menit dan kamipun tiba di Paradiso Village Cubadak, langsung disambut oleh Dominique dan Marko, pengelola lainnya dari resort ini. 

Kami tiba pada waktu yang tepat yaitu makan siang! Pada website tripadvisor, beberapa komentar positif tentang lokasi ini adalah makanannya yang lezat dan kamipun langsung merasakan kebenaran dari informasi ini. Sajian makanan yang diberikan oleh pengelola memang istimewa. Paduan makanan Eropa yang ringan di perut dengan bahan-bahan lokal, dijamin akan memuaskan urat rasa para penikmat kuliner. Makanan disajikan dalam course yang lengkap, mulai dari appetizer atau umpan tekak dilanjut dengan makanan utama (salad, sayur, 2 sajian lauk bahari dan daging sapi/ayam beserta nasi), diakhiri dengan buah-buahan lokal semisal salak, manggis, markisa, rambutan, pisang, mangga, pepaya dan nenas dan minuman teh atau kopi. Mungkin juga wine bila ada yang menginginkan. Malam hari, biasanya ada dessert yang bisa berupa kue coklat dengan krim, es krim vanilla dengan coklat, biskuit atau sekedar nanas goreng. Lupakan diet saat berlibur di Cubadak! 
Bermain canoe di laut salah satu kegemaran selama berlibur
Sebenarnya makanan lezat ini tidak perlu dikhawatirkan kalau Anda tidak sekedar bermalas-malasan berjemur di tepi pantai saat di Cubadak. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk membakar kalori yang masuk dengan snorkeling, main canoe, berlayar (sayangnya yang ini belum sempat kami lakukan) atau hiking. Ini semua bisa dilakukan sepuasnya dan sudah termasuk dalam biaya menginap. Mendaki sekitar 45 menit, Anda bisa berpuas diri melihat pemandangan pulau ini dari atas secara utuh. Paduan pemandangan hutan lebat yang bertemu dengan laut membuat nafas terengah-engah dan keringat yang bercucuran saat naik menjadi terlupakan. Indah sekali!

Perlu sekitar 45 menit menaiki bukit tertinggi di Pulau Cubadak
Akhirnya sampai juga di Puncak!
Hutan bertemu dengan laut, pemandangan dari atas bukit

Buat penyelam, sekedar snorkelling mungkin tidak memuaskan hati. Letak cubadak yang berdekatan dengan pesisir pulau Sumatera dan adanya sumber air tawar di dalam pulau membuat karang yang ada di sekitar pulau Cubadak tidak begitu bagus. Toh, kalau pernah snorkeling di sekitar Great Barrier Reef, Australia,  di daerah-daerah yang terbuka untuk turis massal, kondisinya tidak begitu beda jauh. Banyak karang mati. Namun demikian, masih ada karang-karang yang tumbuh dan beraneka ragam ikan berseliweran diantaranya. Di pinggir pantai saya sempat melihat ikan pari kecil yang berenang terbirit-birit saat saya berjalan di air melewati pasir. Adinda bahkan sempat berpapasan dengan penyu saat snorkelling. Kalau mau menyelam, ada biaya tambahan dan Marko  akan memandu Anda ke daerah-daerah lebih dalam dengan kondisi karang di tubir yang lebih indah. Belum bisa menyelam? Jangan kuatir, ada paket pengenalan diving selama sekitar 2 jam dimana Anda akan diajarkan cara diving dengan singkat dan menyelam sampai kedalaman 5 meter.

Akomodasi di pulau Cubadak tidak begitu banyak, hanya ada 12 villa dengan kapasitas sekitar 35 orang. Bila musim libur, semua villa penuh dan Anda harus jauh-jauh hari booking agar mendapat tempat. Tidak banyak orang Indonesia yang kesini, bisa dibilang kami satu-satunya keluarga lokal yang datang pada saat itu. Beberapa kali kenalan berkomentar ketika mendengar kami akan kesana. Komentar pertama pasti: memang itu bisa untuk orang Indonesia? Suatu hal yang aneh, masak orang Indonesia dilarang menginap di resort di tanah Indonesia? Rasanya tidak ada pelayanan yang membedakan antara kami dengan tamu lainnya.

Kapal ratusan juta teronggok di pinggir pantai

Excellent service!
Tidak jelas kenapa tempat ini tidak favorit untuk orang Indonesia. Mungkin karena harga per orang di villa ini dengan dollar dan dikelola orang asing. Dengan harga cukup lumayan, bisa jadi orang mengharapkan resort yang mewah, dengan spa, kolam berenang, TV berbayar, AC  dan lainnya. Villa disini relatif sederhana, terbuat dari kayu dan atap rumbia atau dalam bahasa Time Magazine rustic  (catatan: harga sudah berubah). Jelas bahwa harga disini adalah harga untuk lokasi yang sangat private, dan pelayanan yang memuaskan. Jadi kalau berminat liburan dengan menginap di villa yang memiliki halaman depan laut dengan privacy yang terjamin, kenapa tidak memilih tempat ini? Salah satu bonus yang bisa dilihat adalah sebuah kapal karam ratusan juta yang menurut Nanni adalah milik salah satu anggota parlemen (tidak jelas MPR atau DPR) yang dititipkan untuk diperbaiki mesinnya tapi kemudian terlantar ditepi pantai cubadak sejak tahun 2010. Hmm…KPK mungkin harus berlibur juga disini untuk mengusut apakah keberadaan kapal ini berhubungan dengan hadiah tak patut?

Comments

RIU said…
indah bgt pulaunya,jd pengen kesanaaaa
Unknown said…
saya yang orang padang pun juga belum pernah kesana hiiks..kacian yah

Popular posts from this blog

Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011: Istana Pagaruyung

PULANG: Untuk para anak di rantau