SUSAHNYA CARI PANTAI DI NEGERI KEPULAUAN

Akhir pekan, biasanya enak banget santai di pantai. Dulu waktu masih jadi orang Aussie, kalau lagi sumpek di rumah kita langsung ngacir ke The Strand, cari angin atau nganterin anak-anak main air. Begitu pulang ke Indo ... alamak .... cari pantai buat santai susahnya!
Buat orang Jakarta satu-satunya pantai terdekat yang bisa buat santai cuma di Ancol doang. Buat orang Bogor .. wah ... jauh banget deh, apalagi masuk ke sana kan bayar. Lumayan juga tuh kalau sering-sering ke sana. Selain harus ngeluarin duit buat tiket juga kudu ngeluarin ongkos gede. Memang di Bogor ada Darmaga, itu tuh kampusnya IPB. Kenapa pula namanya Darmaga?! Lha, nggak ada air buat nyebrang tuh, walaupun kalau mau bisa juga sih berenang sama ikan-ikan di kolam percobaannya milik Fakultas Perikanan.

Retribusi = pantai kotor

Dari jaman SD dulu saya selalu didengung-dengungkan di berbagai pelajaran bahwa negara kita negara kepulauan. Artinya, punya banyak pantai dong. Ternyata setelah besar baru sadar pantai yang banyak tidak menjamin gampang untuk menikmati dan menemukan pantai. Pernah di medio 1995 kami sekeluarga yang baru bertiga kangen sekali ke pantai. Ingat jaman kuliah dulu saat praktikum di Pananjung Pangandaran yang menyenangkan, jadi saya bilang ke suami untuk liburan ke sana. Baru tiba satu jam, kami memutuskan untuk batal menginap. Ampun deh, pantai kotor banget. Sampah berserakan di pasir. Jangankan menikmati pemandangan pantai, sejauh mata memandang hanyalah tenda-tenda biru berjajar rapat di pinggir pantai. Pantai berubah jadi pasar dan warung. Untuk bermain di pantai pasir putih yang kotor, pengunjung harus berjalan menembus kumpulan tenda biru. Padahal retribusi memasuki kawasan itu berisi tumpukan lembaran tanda pembayaran beraneka, mulai dari asuransi, karcis masuk perorangan, karcis parkir mobil sampai biaya kebersihan.

Belum kapok juga cari pantai, awal tahun 2000 kami memutuskan mengunjungi Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu, Jakarta. Dengan menggunakan kapal nelayan, keluarga besar yang terdiri dari 20 orang menyebrang ke Pulau. Lagi-lagi di pintu masuk sudah ada retribusi. Sayangnya, lagi-lagi pantai penuh sampah dan warung-warung yang tak beraturan. Sepertinya tidak janji akan kembali ke Untung Jawa.

Pantai di sepanjang jalan ke Lampung.comPertengahan bulan Juli 2005, sekali lagi kami kami mencoba mencari pantai. Kali ini di Lampung. Sebenarnya niat utama ke Lampung adalah melihat gajah di Way Kambas dan mengunjungi Balai Budidaya Laut Lampung, nostalgia penelitian ngubek-ngeubek keong di bakau 17 tahun silam. Saat menyeberang feri rasanya gemes sekali melihat pantai putih yang mengelilingi provinsi ini. Inginnya langsung nyebur dan duduk-duduk santai. Jadi pulangnya kami nekat saja mendatangi suatu resor yang berada di Kalianda dengan tujuan menginap barang 1-2 malam. Resor ini pernah genar diiklankan di media massa. Resor yang didengung-dengungkan indah ternyata tidak terawat dan sepi pengunjung. Darmaga yang dibangun rusak parah dan pantai tererosi. Akses ke pantai hanya untuk pengunjung yang membayar. Lagi-lagi kami urung menginap dan langsung memutuskan untuk pulang kembali ke Bogor. Kesimpulan: Di Indonesia, kecuali di Ancol, kalau pantainya dibatasi dan kudu bayar retribusi berarti pantainya tidak nikmat!

Pantai enak di mana?

Pantai paling enak di Indonesia buat santai tentunya di Bali. Pada masa keemasan, jaman normal dimana nyang namanya teroris di Indonesia hanyalah legenda, pantai-pantai utama di Bali seperti Kuta , Legian, dan Sanur penuh seperti cendol. Akses ke pantai sangat gampang, relatif bersih untuk ukuran Indonesia dan bebas biaya pula. Alias nggak ada tuh tumpukan karcis saat masuk ke pantai. Tak heran kan kalau tempat-tempat seperti ini kerap dikunjungi wisatawan. Bahkan seringkali karena kenyamanan seperti ini, wisatawan yang tadinya hanya numpang lewat bahkan beralih tinggal lebih lama. Bukan terbalik, awalnya berniat menginap lalu batal dan pergi dengan rasa kecewa.

Cari pantai enak lainnya di Indonesia biasanya di tempat-tempat dimana aksesnya susah. Misalnya di Cagar Alam atau di Taman Nasional. Masalahnya untuk kesana kudu perjuangan dulu tuh. Pantai Cikepuh misalnya, wah enak banget buat bersantai. Kalau lagi beruntung kita bisa melihat penyu bertelur di sana. Pulau-pulau tak berpenghuni di Kepulauan Seribu sebenarnya juga punya pantai yang bagus. Sayangnya akses kesana sulit, sewa kapal nelayan atau ya punya kapal sendiri. Hati-hati juga, banyak pulau yang sudah dibeli oleh orang berduit, jadi nggak bisa sembarangan masuk. Sebenarnya pulau yang lumayan dekat Jakarta dan tak berpenghuni ada yaitu Pulau Rambut, cagar alam tempat tinggal berbagai burung. Kalau senang birdwatching dan tidak bengek cium bau tembelek burung, dan hai gini nggak stress mikirim kemungkinan adanya virus burung .. nah datang deh ke sana. Jangan lupa minta ijin dulu ya.

Comments

Sulis said…
Hallo Mbak Mikiiiii!!!

Apa kabar semuanya?? Cerita pantai jadi kangen pantai di Aussie deh, disini pantainya beku sih, hehee..!Ngomong2, salam deh buat Bapaknya & anak2 juga, kalo ke Jerman maen2 kerumah kita yak... Have a nice weekend! Salam kangen from cold Germany... Dingin nih lagi mendekati 0°C, brrrr...

Soulisse
Anonymous said…
This comment has been removed by a blog administrator.

Popular posts from this blog

Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011: Istana Pagaruyung

Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011: Paradiso Village Cubadak Resort

PULANG: Untuk para anak di rantau