Pantai Ngebetahin: Belajar dari Australia

Sebagai salah satu tujuan wisata terkenal di dunia, daya jual dan daya pikat Australia adalah pantai mereka. Pertengahan tahun 1990-an saja sekitar 3 juta wisatawan mancanegara berkunjung ke Australia setiap tahun dan sebagian besar obyek wisata mereka justru terletak di pesisir. Apa sebenarnya keistimewaan pantai-pantai di Australia?

Hati-hati di pantai

Saat tinggal di Townsville, berkunjung ke pantai sudah jadi wajib setiap ada waktu. Pantainya sendiri sebenarnya agak “mengecewakan” karena tidak bisa direnangi setiap saat. Pada musim panas, laut di pesisir Queensland Utara tidak bisa direnangi kecuali di dalam tempat khusus yang dipasangi jaring. Pasalnya pada musim semi dan musim panas ubur-ubur box jelly fish dan irukandji yang kecil dan memiliki sengatan mematikan mewabah. Lagi-lagi di Queensland Utara dan juga Darwin, jangan sembarang berenang di pantai apalagi yang ada tanda papan bergambarkan buaya. Betul, buaya muara (Crocodylus porosus) suka bermain sampai ke laut. Daerah seperti Gold Coast juga rajin dikunjungi hiu, jadi kadangkala ada pengumuman untuk tidak berenang di laut. Toh pantai tetap jadi favorit.

Pendapatan melimpah

Pendapatan Australia dari wisata memang mencengangkan. Bila pada tahun 1980an pendapatan dari wisatawan mancanegara sekitar AUD $2,2 milyar maka pada tahun 1996 nilainya mencapai AUD 6,9 milyar. Tentunya pendapatan ini bukan dari jualan karcis masuk ke kawasan pantai, tapi nilai total pengeluaran wisatawan selama tinggal di Australia terutama di daerah pantai. Nilai ini tidak termasuk pendapatan yang diperoleh dari sampingan kegiatan wisata, seperti penjualan baju renang, alat-alat pancing, papan seluncur, penyewaan mobil dan kapal. Industri pakaian “pantai” sendiri bernilai sekitar AUD 1 milyar per tahun.

Akses gratis dan bersih

Hampir semua pantai di Australia, akses dan penggunaan pantai gratis. Parkir mobil memang harus bayar, terutama di pantai-pantai favorit di kota besar misalnya pantai Manly di Sydney. Dari pengamatan selama jalan-jalan dari ujung Utara sampai Selatan pantai timur Australia, bisa dibilang parkiran di pantai Manly paling mahal yaitu AUD 12/jam. Di the Strand, pinggiran pantai Townsville, parkir mobil malah gratis.
Pemerintah Daerah di Australia rupanya tahu betul bahwa pinggiran pantai merupakan daya tarik untuk rekreasi baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Oleh karena itu wilayah pantai mereka biasanya dibenahi sedemikian rupa sehingga bisa dinikmati dengan nyaman. Umumnya di pesisir di buat taman-taman yang antara lain dilengkapi dengan tempat bermain untuk anak, meja dan bangku untuk piknik serta panggangan untuk barbeque. Di beberapa kota di buat jalan setapak sepanjang pantai yang lebarnya bisa sampai 3 meter, khusus untuk pejalan kaki dan kegiatan bersepeda atau bersepatu roda. Setiap pagi dan sore biasanya banyak orang berolah raga atau sekedar bersantai.

Strand Water Park
Karena pantai di Queensland banyak yang tidak bisa direnangi, beberapa kota mengembangkan konsep kolam renang pantai. Kolam renang dibangun di sisi pantai, dengan bentuk yang alami beralaskan pasir serta berair asin. Kota kecil seperti Townsville, Airlie Beach dan Cairns punya kolam renang asin ini. Brisbane ibukota Queensland yang terletak agak jauh dari pantai malah juga membuat kolam dengan pantai buatan di sisi sungai. Fasilitas luncur dan permainan di kolam-kolam ini tidak kalah dengan Ancol, dan yang pasti semuanya gratis.

Strand Rock Pool
Pantai di Australia sangat bersih buat ukuran orang Indonesia. Setiap tahun ada perlombaan pantai terbersih di Australia dan the Strand Townsville sangat berbangga karena berhasil menyabet predikat itu selama 2 tahun berturut-turut yaitu 2003 dan 2004. Di setiap pantai pasti ada toilet yang bersih (gratis!) dan tempat pembilasan air tawar. Tidak lupa ada juga keran-keran minum. Pemandangan ke arah pantai di Australia semuanya bebas dari pemandangan tak sedap seperti warung-warung yang tak beraturan. Penginapan dan tempat makan biasanya tidak tepat di bibir pantai melainkan sekitar 50-100 m dari batas pasang tertinggi. Bahkan di Gold Coast yang sarat dengan hotel-hotel bertingkat dan berbagai resor, tidak ada yang menghalangi akses pengunjung ke pantai. Tidak ada cerita seperti di Carita atau di Kalianda dimana kalau kita menyusuri jalan raya sulit untuk melihat laut karena pemandangan ke laut terhalang oleh pagar atau bangunan.

Di dekat Townsville terdapat satu pulau yang bernama Magnetic Island. Separuh dari pulau ini adalah Taman Nasional yang daya tarik utamanya sebagai habitat koala, dan sebagian lagi dihuni oleh penduduk. Penyeberangan dari Townsville ke Magnetic Island dilayani oleh kapal ferry milik pemda yang beroperasi dari pagi sampai tengah malam. Pengunjung yang mau ke pulau tinggal naik ferry dan saat tiba tidak dikenakan retribusi tambahan. Pengeluaran tambahan tentunya ada jika mereka mau makan, menginap, naik bis keliling pulau atau melakukan kegiatan wisata dengan menggunakan jasa operator wisata seperti menyelam, berlayar atau lainnya.

Mudahnya akses ke pantai membuat wisata pantai di Australia maju pesat. Walaupun beberapa pulau kecil dikuasai oleh resor tertentu dan akses dibatasi hanya bagi pengunjung yang membayar seperti pada kebanyakan resor di Kepulauan Seribu, namun lebih banyak lagi tempat yang memberikan akses bebas dan nyaman bagi pengunjung. Hal seperti ini sebenarnya sudah ada di Bali. Bila wisata pantai Indonesia ingin berkembang, rasanya cara Australia dalam mengembangkan wisata pantai mereka perlu ditiru. Buka akses ke pantai untuk umum. Benahi warung-warung dan penginapan di sekitar pantai, jangan sampai menutup akses umum ke pantai. Tidak perlu retribusi untuk setiap pengunjung, kalaupun ada retribusi hanya untuk parkir mobil. Galakan penerimaan pajak dari sektor pendukung seperti tempat makanan dan penginapan. Galakan program kebersihan. Dijamin, jika dilakukan maka pariwisata pantai kita tidak akan kalah dari Australia. Selain itu, masyarakat Indonesia akan lebih sadar bahwa mereka tinggal di negara kepulauan dan tidak terasing dengan pantai mereka sendiri.

Comments

Ayumi Galuh said…
Nice article...

Visit: http://www.tanahlot.net
Anonymous said…
Memang kita perlu belajar dari Australia dan negara lain. Pantai dan laut adalah ciptaan Tuhan. Tak ada konglomerat, pemilik modal yang berhak merampas pantai dan menjadikannya miliknya. Sampai membatasi akses masyarakat ke pantai. Lihat orang Jakarta, dibodoh-bodohkan tapi tetap tentang tak protes. Masa' untuk melihat laut dan berkunjung ke pantai kita harus membayar di sekian pintu gerbang masuk Ancol. Kembalikan pantai dan laut kepada warga masyarakat yang menghuni bumi ini.
fdl said…
Boleh minta info seputar belajar di au? saya hub ke mana ya. thx
-fdl

Popular posts from this blog

CINTAKU DI KAMPUS BIRU

Jurnal Liburan Sumatera Barat Akhir Tahun 2011: Istana Pagaruyung

PULANG: Untuk para anak di rantau