Posts

Showing posts from May, 2012

PULANG: Untuk para anak di rantau

Suatu senja yang ramah Anak-anak berkumpul membicarakan masa depan mereka Si sulung berkata Aku akan menjelajahi dunia, membuat masakan terlezat di belahan bumi selatan Tempat dimana tahun baru dirayakan di musim panas Kembang api indah memancar dari sela jembatan anggun Memuncak keindahan gedung pertunjukkan berbentuk tumpukan kerang Si kecil berkata Aku akan menuju kota di belahan bumi utara Dikenal dengan nama apel besar Tempat sekolah musik ternama berada Kota yang tidak pernah tidur Sang bunda terdiam Hati berat dirasa namun sadar diri Merantau adalah panggilan jiwa Diturunkan dari garis keluarga yang berserakan di seluruh bumi Baginya perjalanan adalah merayakan kehidupan Bukankah bunda telah menjejakkan kaki di berbagai belahan dunia Tergagap-gagap mencari jalan di Beijing, Tokyo dan Seoul Menikmati Hyde Park di musim panas Melintasi tiga benua untuk mencapai Pantai Choroni Merasakan belaian angin disepanjang jalur pinggir laut

JEMPOL

Biasanya orang paling senang kalau mengerjakan sesuatu kemudian dipuji oleh orang sambil mengatakan, “Jempol” dengan menaikkan jempol ke atas. Sebaliknya, kalau jempol diacungkan ke bawah…ditambah mimik mencibir sang pemilik jempol…aduh …rasanya pasti kesal! Tentunya yang dimaksud dengan jempol disini adalah jari pertama atau lebih dikenal dengan ibu jari. Jadi, bukan Jempol di Negeri Sembilan, Malaysia. Jempol punya banyak fungsi dalam komunikasi non-verbal. Orang Jawa yang santun tidak boleh menunjuk sesuatu menggunakan jari telunjuk. Sebagai gantinya mereka mengepalkan jari-jari kecuali jempol dan mengarahkan jempol kearah yang dituju. Hal yang sama dilakukan oleh para hitch hiker   yang mau menumpang dalam perjalanan. Bedanya, kalau orang Jawa santun menunjuk sambil merendahkan badan dengan posisi tangan yang merapat badan serta jempol merapat pada kepalan, para pelancong gratisan ini berdiri tegak (biasanya di pinggir jalan) dan mengacungkan jempol dengan tangan terentang